Surat At-Taubah (atau Surat Bara'ah) adalah salah satu surat Madaniyah yang kaya akan pelajaran hidup dan pedoman bagi umat Islam. Di antara ayat-ayatnya yang penting, terdapat ayat ke-110 yang sering direnungkan maknanya karena membahas tentang kualitas bangunan amal dan konsekuensi dari niat yang tulus.
Teks Surat At-Taubah Ayat 110
"Dan orang-orang yang membangun masjid karena niat ingin mencari keridhaan Allah semata, menolak kemudaratan, mendirikan shalat, dan membelanjakan harta mereka di jalan Allah, mereka itu diibaratkan seperti bangunan yang didirikan di atas tepi jurang yang hendak runtuh, lalu bangunan itu roboh bersama-sama ke dalam neraka Jahannam. Adapun orang-orang yang mendirikan bangunannya di atas dasar taqwa dan keridhaan Allah, maka bangunan itu adalah sebaik-baik bangunan dan lebih mulia tempat kembalinya." (QS. At-Taubah: 110)
Peringatan Mengenai Niat dan Amal
Ayat ini dibuka dengan perumpamaan yang sangat kuat mengenai dua jenis pembangunan amal, yang dalam konteks ayat ini sering diartikan sebagai pembangunan fisik (seperti masjid) atau pembangunan spiritual (iman dan amal saleh). Ayat ini secara tegas memisahkan antara amal yang didasari oleh ketulusan (ikhlas) dan amal yang didasari oleh motif duniawi atau riya'.
Poin pertama menyoroti mereka yang membangun masjid—sebuah simbol ketaatan—tetapi didorong oleh motif yang keliru. Mereka mungkin ingin dilihat orang (riya'), mencari keuntungan duniawi, atau sekadar mengikuti tren. Meskipun secara lahiriah tindakan itu terlihat baik, karena niatnya tercampur, Allah mengumpamakan amal mereka seperti bangunan yang didirikan di tepi jurang yang rapuh. Pada akhirnya, ketika ujian datang (hari kiamat), bangunan tersebut akan runtuh dan membawa pelakunya ke dalam neraka Jahannam. Ini adalah peringatan keras bahwa kualitas amal di sisi Allah sangat ditentukan oleh kejernihan niatnya.
Keutamaan Taqwa Sebagai Pondasi
Kontras dari perumpamaan pertama adalah penekanan pada amal yang didasari oleh taqwa (ketakwaan) dan ridha Allah (keridhaan Allah). Taqwa adalah fondasi utama. Jika amal saleh dibangun di atas dasar ketaatan yang murni kepada Allah, maka bangunan tersebut diibaratkan kokoh, tidak mudah roboh, dan memiliki tempat kembali yang mulia.
Ayat ini mengajarkan bahwa pembangunan apapun—baik itu masjid, rumah tangga, bisnis, atau bahkan proses belajar—harus memiliki fondasi spiritual yang kuat. Masjid yang dibangun dengan ikhlas, misalnya, berfungsi tidak hanya sebagai tempat ibadah fisik, tetapi juga sebagai pusat untuk menegakkan shalat, menolak kemudaratan, dan mengarahkan harta untuk kebaikan. Ketika niatnya lurus, setiap tindakan menjadi ibadah yang bernilai abadi.
Implikasi Praktis Ayat 110
Surat At-Taubah ayat 110 memberikan pelajaran universal bagi setiap Muslim. Tidak cukup hanya melakukan ritual keagamaan; yang lebih penting adalah integritas di balik ritual tersebut. Seorang Muslim harus senantiasa melakukan muhasabah (introspeksi diri) terkait motivasi tindakannya.
Apakah kita beribadah agar dipuji? Apakah kita bersedekah agar mendapat status sosial? Jika ya, maka kita sedang membangun di atas pasir hisap. Sebaliknya, jika setiap langkah diniatkan murni untuk mencari ridha Allah, seperti yang dicontohkan dalam ayat tersebut (menghindari kemudaratan, mendirikan shalat, menafkahkan harta di jalan Allah), maka amal kita akan menjadi aset kekal yang melindunginya dari kehancuran.
Oleh karena itu, ayat ini menjadi pengingat abadi bahwa ikhlash (ketulusan) adalah perekat yang menjaga kesahihan amal perbuatan kita di mata Tuhan Yang Maha Mengetahui isi hati.