Python dan JavaScript adalah dua bahasa pemrograman paling populer di dunia saat ini. Keduanya memiliki komunitas yang besar, ekosistem yang kaya, dan digunakan untuk berbagai tujuan. Meskipun demikian, keduanya diciptakan dengan filosofi desain yang berbeda dan unggul di domain yang berbeda pula. Memahami perbedaan mendasar antara keduanya adalah kunci untuk memilih alat yang tepat untuk proyek Anda.
Secara historis, JavaScript (dulu Mocha) lahir untuk menangani interaktivitas di sisi klien (browser), sementara Python dirancang sebagai bahasa serbaguna dengan fokus pada keterbacaan kode yang tinggi.
Perbedaan paling fundamental terletak pada tempat eksekusi utama kode tersebut:
Sintaksis adalah area di mana perbedaan menjadi paling jelas terlihat bagi pemula:
Python sangat menekankan pada keterbacaan kode (memiliki prinsip "Zen of Python"). Python menggunakan indentasi (spasi putih) untuk mendefinisikan blok kode (fungsi, loop, kondisional). Ini memaksa pengembang untuk menulis kode yang rapi secara visual.
# Contoh Python: Indentasi menentukan blok
def sapa(nama):
if nama == "Dunia":
print("Halo, Dunia!")
else:
print(f"Halo, {nama}!")
Sementara itu, JavaScript menggunakan kurung kurawal (curly braces) `{}` untuk mendefinisikan blok kode, sama seperti bahasa C/C++ atau Java. Ketergantungan pada kurung kurawal ini memberikan lebih banyak fleksibilitas sintaksis, tetapi juga membutuhkan titik koma (walaupun sering kali dapat dihilangkan berkat Automatic Semicolon Insertion/ASI).
// Contoh JavaScript: Kurung kurawal menentukan blok
function sapa(nama) {
if (nama === "Dunia") {
console.log("Halo, Dunia!");
} else {
console.log(`Halo, ${nama}!`);
}
}
Kedua bahasa mendukung paradigma berorientasi objek (OOP), fungsional, dan imperatif, namun cara implementasinya sedikit berbeda.
Asinkronisitas adalah aspek krusial dalam pengembangan web modern, di mana JS memiliki keunggulan historis.
JavaScript dibangun di atas model *event loop* non-blocking, yang sangat efisien untuk operasi I/O (Input/Output) seperti permintaan jaringan. Model ini diimplementasikan menggunakan callbacks, Promises, dan sintaks `async/await` modern.
Python, meskipun sudah memiliki pustaka seperti `asyncio` untuk menangani asinkronisitas, secara tradisional lebih mengandalkan threading atau pemblokiran I/O, meskipun hal ini terus berkembang pesat.
| Fitur | Python | JavaScript |
|---|---|---|
| Lingkungan Utama | Server-side, Desktop, Data Science | Browser (Frontend), Server-side (Node.js) |
| Penanda Blok Kode | Indentasi (Spasi Putih) | Kurung Kurawal {} |
| Ketik Data (Typing) | Dinamic, Kuat (Strongly Typed) | Dinamic, Lemah (Weakly Typed) |
| Fokus Utama | Backend, AI/ML, Scripting Otomatisasi | Interaktivitas Web (Frontend & Backend) |
| Library Populer | Django, Flask, Pandas, TensorFlow | React, Vue, Angular, Express |
Pilih Python jika proyek Anda melibatkan:
Pilih JavaScript jika proyek Anda membutuhkan:
Pada akhirnya, keduanya adalah alat yang sangat kuat. Banyak perusahaan modern bahkan menggunakan keduanya—Python untuk pemrosesan data berat di backend dan JavaScript untuk antarmuka pengguna yang dinamis.
Memilih bahasa pemrograman adalah tentang kecocokan alat dengan pekerjaan. Baik Python maupun JavaScript menawarkan jalur karier yang menjanjikan dan ekosistem yang terus berkembang.