Memasuki fase perencanaan kehamilan adalah momen krusial yang menuntut persiapan matang, tidak hanya secara emosional dan finansial, tetapi juga nutrisi. Salah satu suplemen yang seringkali mendapat sorotan utama dari para profesional kesehatan adalah asam folat, yang juga dikenal sebagai Vitamin B9 atau Folate. Peran asam folat jauh melampaui sekadar suplemen harian; ia adalah fondasi penting yang harus disiapkan tubuh sebelum sperma dan sel telur bertemu.
Asam folat adalah bentuk sintetis dari folat, sebuah vitamin B larut air yang esensial bagi sintesis DNA dan RNA, pembelahan sel, serta pembentukan sel darah merah. Di dalam tubuh, folat bekerja keras dalam proses pertumbuhan dan perkembangan sel baru. Ketika seorang wanita merencanakan kehamilan, permintaan tubuh akan vitamin ini meningkat secara signifikan karena tubuh akan segera memulai proses pembentukan jaringan dan organ janin yang sangat cepat.
Fungsi utama asam folat sebelum kehamilan adalah untuk memastikan bahwa sistem saraf pusat calon bayi telah terbentuk dengan baik sejak hari-hari pertama pembuahan. Sayangnya, proses penutupan tabung neural (struktur yang berkembang menjadi otak dan tulang belakang janin) terjadi sangat awal, seringkali sebelum seorang wanita menyadari bahwa ia hamil—terkadang bahkan sebelum terlambat menstruasi.
Risiko terbesar yang ingin dicegah dengan suplementasi asam folat sebelum hamil adalah terjadinya Cacat Tabung Neural (CTN) pada janin. CTN adalah kondisi serius yang terjadi ketika tabung neural gagal menutup sepenuhnya selama tiga hingga empat minggu pertama kehamilan. Dua bentuk utama CTN yang paling sering dibicarakan adalah:
Studi epidemiologi secara konsisten menunjukkan bahwa asupan asam folat yang memadai sebelum konsepsi dan selama trimester pertama kehamilan dapat mengurangi risiko CTN hingga 50% hingga 70%. Inilah sebabnya mengapa rekomendasi standar dari lembaga kesehatan global adalah memulai suplementasi setidaknya satu bulan sebelum mencoba hamil.
Selain fokus pada pencegahan cacat lahir, asam folat juga mendukung kesehatan reproduksi secara umum. Folat sangat vital dalam proses pembelahan sel yang sehat. Bagi wanita, ini berarti mendukung pembentukan sel telur yang berkualitas. Bagi pria, asam folat terbukti berperan dalam menjaga integritas dan stabilitas DNA sperma. Sperma yang sehat dan DNA yang utuh meningkatkan peluang pembuahan yang sukses dan mengurangi risiko masalah genetik pada embrio.
Defisiensi folat kronis dapat berkontribusi pada anemia megaloblastik, suatu kondisi yang membuat tubuh kekurangan sel darah merah yang sehat. Meskipun anemia dapat ditangani selama kehamilan, memulainya dengan kadar folat yang optimal membantu menjaga energi dan kesehatan ibu secara keseluruhan saat tubuh mulai bekerja keras menopang kehidupan baru.
Rekomendasi umum dosis asam folat yang disarankan untuk wanita yang merencanakan kehamilan adalah 400 mikrogram (mcg) per hari. Penting untuk diingat bahwa asupan ini harus dipertahankan sepanjang trimester pertama kehamilan. Beberapa wanita dengan kondisi medis tertentu, riwayat keluarga dengan CTN, atau mereka yang mengonsumsi obat antiepilepsi mungkin memerlukan dosis yang jauh lebih tinggi, yaitu 4.000 mcg (4 mg), namun ini harus selalu di bawah pengawasan dokter.
Meskipun asam folat dapat diperoleh dari makanan seperti sayuran berdaun hijau gelap (bayam, brokoli), kacang-kacangan, dan buah jeruk yang diperkaya, penyerapan dari makanan seringkali tidak mencukupi untuk mencapai kadar protektif yang dibutuhkan sebelum hamil. Oleh karena itu, suplemen adalah cara paling andal untuk memastikan tubuh mendapatkan dosis yang dibutuhkan.
Mengambil langkah proaktif untuk memastikan kadar asam folat optimal sebelum konsepsi adalah investasi kesehatan terbaik yang bisa dilakukan seorang calon ibu. Ini bukan hanya tentang menghindari risiko, tetapi juga membangun landasan nutrisi yang kuat untuk kehamilan yang sehat dan perkembangan optimal janin.