Ayat yang sering dirujuk dengan frasa kunci "Laqad Jaakum Rosulum" adalah bagian penting dari wahyu yang menegaskan kedatangan para utusan Allah SWT. Secara harfiah, frasa ini berarti "Sungguh, telah datang kepadamu Rasul-rasul". Ayat ini memiliki resonansi mendalam karena ia berfungsi sebagai titik balik dalam sejarah kenabian, mengumumkan sebuah penutup sekaligus penyempurnaan risalah Ilahi yang dibawa oleh para Nabi sebelumnya.
Konteks ayat ini biasanya merujuk pada kedatangan Nabi Muhammad SAW sebagai penutup para rasul, namun maknanya juga mencakup pengakuan atas rantai kerasulan yang telah ada sebelumnya. Ayat ini menekankan kebenaran dan keotentikan pesan yang dibawa oleh setiap utusan yang diutus Allah kepada umat manusia.
Ayat ini terdapat dalam Surat At-Taubah (9), Ayat 128, yang merupakan salah satu ayat Madaniyah yang sarat akan hukum dan penguatan akidah setelah masa hijrah.
(Sungguh, telah datang kepadamu seorang Rasul dari kalanganmu sendiri, yang merasa berat atas kesulitanmu, yang sangat menginginkan kebaikan bagimu, dan sangat belas kasih lagi penyayang terhadap orang-orang yang beriman.)
Ayat 9:128 ini tidak hanya sekadar pemberitahuan, melainkan deskripsi sifat dan peran Nabi Muhammad SAW yang sangat personal bagi umatnya. Kata kunci pertama yang menonjol adalah "Min Anfusikum" (dari kalanganmu sendiri). Ini berarti Rasul tersebut berasal dari bangsa yang sama dengan kaum yang didakwahinya, sehingga mematahkan argumen bahwa ajaran tersebut asing atau tidak relevan bagi mereka. Kedekatan ini membangun kepercayaan dan empati.
Lebih jauh lagi, ayat ini memuji karakter moral Nabi. Frasa "Azizun 'alaihi ma 'anittum" (berat baginya kesulitanmu) menunjukkan betapa dalamnya kepedulian beliau terhadap penderitaan umatnya. Nabi tidak hanya menyampaikan perintah, tetapi juga ikut menanggung beban spiritual dan fisik umatnya. Ini adalah representasi sempurna dari sifat kepemimpinan yang berorientasi pada pelayanan.
Sifat "Harisun 'alaikum bil mu'miniina" (sangat menginginkan kebaikan bagi orang-orang yang beriman) menegaskan orientasi utama risalah beliau: mencari keselamatan dan kebahagiaan bagi pengikutnya di dunia dan akhirat. Ini diikuti dengan penutup yang kuat: "Ro'ufun Rahiim" (Maha Pengasih lagi Maha Penyayang). Sifat kasih sayang ini menjadi landasan bagi interaksi beliau dengan seluruh umat manusia, meskipun tingkatan kasih sayang tersebut difokuskan pada orang-orang yang mau menerima petunjuk-Nya.
Memahami ayat "Laqad Jaakum Rosulum" dalam konteks ini mengingatkan umat Islam tentang tanggung jawab untuk mengikuti teladan (sunnah) Nabi. Jika seorang Rasul yang diutus dari kalangan mereka sendiri begitu peduli terhadap kesulitan umatnya, maka umat Islam juga diajarkan untuk saling peduli dan menjaga persaudaraan.
Di era disinformasi dan polarisasi sosial saat ini, sifat kasih sayang dan empati yang melekat pada deskripsi Rasul dalam ayat ini menjadi kompas moral. Pesan yang disampaikan haruslah membawa kemudahan, bukan memberatkan (sesuai makna "ma 'anittum"), dan harus didasari oleh cinta sejati kepada sesama manusia, terutama mereka yang berada dalam lingkaran iman. Ayat ini adalah pengingat bahwa integritas risalah terletak pada kesempurnaan pembawanya.