Visualisasi hubungan sinergis antara Vitamin B12 dan Asam Folat.
Dalam dunia nutrisi, beberapa vitamin bekerja secara harmonis, dan pasangan asam folat (Vitamin B9) dan Vitamin B12 adalah salah satu contoh kolaborasi paling penting bagi tubuh manusia. Keduanya memainkan peran sentral dalam proses biologis mendasar, terutama yang berkaitan dengan pembentukan sel baru, perbaikan DNA, dan fungsi neurologis yang sehat. Meskipun memiliki struktur kimia yang berbeda, fungsi mereka sangat terikat; kekurangan salah satu dapat secara signifikan mengganggu jalur metabolisme yang melibatkan yang lain.
Fungsi utama dari kombinasi ini terletak pada kemampuannya mendukung pembelahan dan pertumbuhan sel. Asam folat sangat krusial dalam sintesis purin dan pirimidin, yang merupakan blok bangunan dasar dari DNA dan RNA. Tanpa folat yang cukup, proses replikasi materi genetik akan terhambat, menyebabkan sel tidak dapat membelah secara efisien.
Di sinilah Vitamin B12 (juga dikenal sebagai Kobalamin) masuk. Vitamin B12 bertindak sebagai kofaktor enzim yang diperlukan untuk mengubah bentuk folat yang tidak aktif (5-methyltetrahydrofolate) menjadi bentuk aktif yang dapat digunakan oleh tubuh, yaitu tetrahydrofolate (THF). Proses ini dikenal sebagai "perangkap folat" (folate trap). Jika B12 tidak tersedia, folat akan terperangkap dalam bentuk metilasi, sehingga meskipun asupan folat tinggi, tubuh tidak dapat memanfaatkannya untuk sintesis DNA. Ini menyebabkan kondisi yang disebut "anemia megaloblastik" yang disebabkan oleh kekurangan folat fungsional.
Asam folat mendapatkan sorotan besar karena perannya yang tak tergantikan selama kehamilan. Suplementasi asam folat sebelum dan selama awal kehamilan sangat direkomendasikan untuk mencegah cacat tabung saraf (neural tube defects/NTDs) pada janin, seperti spina bifida dan anensefali. Karena pembentukan tabung saraf terjadi sangat awal dalam perkembangan janin—seringkali sebelum seorang wanita menyadari bahwa ia hamil—asupan yang memadai sangat vital. Sumber terbaik asam folat meliputi sayuran berdaun hijau gelap, kacang-kacangan, dan makanan yang difortifikasi.
Sementara folat fokus pada pembelahan sel, Vitamin B12 memiliki tanggung jawab penting lainnya: menjaga integritas selubung mielin yang melindungi serabut saraf. Kekurangan Vitamin B12 dapat menyebabkan kerusakan saraf permanen, yang bermanifestasi sebagai mati rasa, kesemutan, masalah keseimbangan, hingga gangguan kognitif. Sumber utama B12 hampir secara eksklusif berasal dari produk hewani, menjadikannya perhatian utama bagi vegetarian dan vegan yang harus mencari suplemen atau makanan yang diperkaya.
Selain itu, B12 dan folat bekerja sama dalam metabolisme homosistein. Keduanya dibutuhkan untuk mengubah homosistein menjadi metionin. Jika salah satu kekurangan, kadar homosistein dalam darah dapat meningkat. Tingkat homosistein yang tinggi secara konsisten dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular. Oleh karena itu, menjaga keseimbangan kedua nutrisi ini adalah strategi penting untuk kesehatan jantung secara tidak langsung.
Gejala kekurangan salah satu vitamin ini seringkali tumpang tindih, terutama manifestasi anemia (kelelahan, pucat). Namun, diagnosis yang tepat memerlukan pengujian laboratorium. Penting untuk dicatat bahwa mengobati anemia akibat kekurangan B12 hanya dengan suplemen asam folat bisa berbahaya. Jika folat diberikan tanpa B12 yang cukup, hal itu dapat memperbaiki gejala anemia (darah merah), tetapi akan memperburuk kerusakan saraf yang disebabkan oleh kekurangan B12 yang mendasarinya karena folat yang lebih banyak masih terperangkap.
Oleh karena itu, dalam penanganan defisiensi, profesional kesehatan selalu memastikan bahwa kadar B12 memadai sebelum atau bersamaan dengan pemberian suplemen asam folat. Keseimbangan nutrisi ini memastikan bahwa semua jalur metabolisme kunci berjalan lancar, mendukung produksi energi yang stabil, pikiran yang jernih, dan sistem saraf yang kuat.